Tuesday, January 21, 2014

Bertaruh Tengsin...Mengungkap Kelalaian Ustadz Muhammad Ma’ruf Khazin

[MUQADDIMAH]

Hari ini Allah telah suratkan takdir hamba membaca risalah ‘ilmiah’ teranyar karya Ustadz Muhammad Ma’ruf Khazin –semoga Allah menjaganya- dalam muslimedianews.com. Beliau adalah anggota LBM NU Jawa Timur. Judul risalah beliau adalah ‘Syaikh Albani 'Ahli Hadis' Berdusta Dalam Hadits Qunut?’ Bolehlah kiranya jika pembaca risalah kecil hamba ini menoleh sejenak di:



Secara lahiriah, risalah beliau tampak begitu ilmiah, namun secara batiniah, ia memiliki celah salah. Jika tinjauan judul ditambah, maka kesalahan semakin parah. Akhirnya secara alamiah, hamba yang masih perlu bimbingan ini, menulis risalah ini untuk melakukan sebuah islah, karena ada salah yang perlu disanggah.

Dimulai dari judul, hamba kurang meridhai hingga ada 4 yang ingin dikritisi:

[1] Yang lebih tepat adalah al-Albany, bukan Albany. Namun, ini tidak begitu bermasalah.

Friday, January 17, 2014

ADAB MUFRAD : Hadits 3: Berbakti pada IBU (Dirasat Makna)

[SANAD & MATAN]

Al-Bukhary: Telah ceritakan pada kami Abu Ashim, dari Bahz bin Hakim, dari ayahnya, dari kakeknya, 'Aku berkata: 'Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku berbakti?' Beliau bersabda:

أُمَّكَ

"Ibumu!"

Aku berkata, '(Lalu) kepada siapakah aku berbakti?' Beliau bersabda:

أُمَّكَ

"Ibumu!"

Aku berkata, '(Lalu) kepada siapakah aku berbakti?' Beliau bersabda:

أُمَّكَ

"Ibumu!"

Aku berkata, '(Lalu) kepada siapakah aku berbakti?' Beliau bersabda:

أَبَاكَ، ثُمَّ الْأَقْرَبَ فَالْأَقْرَبَ

"Ayahmu, lalu orang yang terdekat, lalu yang terdekat."

 [PENJELASAN KATA]

Thursday, January 16, 2014

"Tak Ada Sedekah Yang Serupai Sedekah Ilmu?"

  
[Sanad & Matan]

Dalam al-Mu'jam al-Kabiir oleh ath-Thabrany, disebutkan:

Telah ceritakan pada kami Abdul Aziz bin Muhammad bin Abdullah bin Ubayd bin Aqil al-Muqri', telah ceritakan pada kami Ibrahim bin Salm al-Hujaymy, telah ceritakan pada kami Awn bin Umarah, telah ceritakan pada kami Abu Bakr al-Hudzaly, dari al-Hasan, dari Samurah bin Jundub, ia berkata: Telah berkata Rasulullah:

" مَا تَصَدَّقَ النَّاسُ بِصَدَقَةٍ مِثْلَ عِلْمٍ يُنْشَرُ "

"Tidaklah manusia bersedekah dengan sebuah sedekah (yang sebanding dengan) ilmu yang disebar."

 [Rijal Sanad Hadits]

RASULULLAH <== Samurah bin Jundub [1] <-- al-Hasan [2] <-- Abu Bakr al-Hudzaly [3] <-- Awn bin Umarah [4] <-- Ibrahim bin Salm al-Hujaymy [5] <-- Abdul Aziz bin Muhammad bin Abdullah bin Ubayd bin Aqil al-Muqri' [6] <== ATH-THABRANY

ADAB MUFRAD : Hadits 3: Berbakti pada IBU (Dirasat Rijal)


[SANAD & MATAN]


Al-Bukhary: Telah ceritakan pada kami Abu Ashim, dari Bahz bin Hakim, dari ayahnya, dari kakeknya, 'Aku berkata: 'Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku berbakti?' Beliau bersabda:
أُمَّكَ
"Ibumu!"
Aku berkata, '(Lalu) kepada siapakah aku berbakti?' Beliau bersabda:
أُمَّكَ
"Ibumu!"
Aku berkata, '(Lalu) kepada siapakah aku berbakti?' Beliau bersabda:
أُمَّكَ
"Ibumu!"
Aku berkata, '(Lalu) kepada siapakah aku berbakti?' Beliau bersabda:
أَبَاكَ، ثُمَّ الْأَقْرَبَ فَالْأَقْرَبَ

"Ayahmu, lalu orang yang terdekat, lalu yang terdekat."

[DIRASAT RIJAL]

Suara Rakyat

Beberapa di antara kaum yang berusaha mengikuti Sunnah Nabi dan tidak bertaqlid buta saling berselisih perihal hukum berdakwah di layar televisi. Saya maksudkan kemutlakan dari lafal 'televisi' adalah tanpa taqyid, atau keumumannya tanpa pengkhususan. Yakni: Apakah boleh menggunakan video sebagai media dakwah?

Garis besar menceritakan bahwa ada dua pendapat bertentangan. Satunya mengharamkan sama sekali, dan selainnya mempersilakan, dengan tinjauan maslahat dan alasan lainnya. Syukurlah, pihak kedua adalah mayoritas. Sama seperti perbedaan pendapat dalam membuat organisasi, yayasan dan semacamnya. Satunya mengharamkan benar-benar, dan selainnya mempersilakan, dengan tinjauan maslahat dan alasan lainnya.

Wednesday, January 15, 2014

Katakan: 'Saya Tidak Tersenyum pada Sembarang Orang'

Memulai tulisan kecil ini, saya ingin memberikan sebuah sample yang parah. Pezina. Arabicnya: 'az-zaaniyah' (الزَّانِية). Ada pertanyaan:

'Ada ayat ke-2 di Surat an-Nuur berbunyi awalnya:

ٱلزَّانِيَةُ وَٱلزَّانِى فَٱجْلِدُوا۟ كُلَّ وَٰحِدٍۢ مِّنْهُمَا مِا۟ئَةَ جَلْدَةٍۢ

"Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera."

Kenapa kok didahulukan az-zaaniyah (perempuan pezina) dibanding az-zaany (laki pezina)?'

Asy-Syawkany (w. 1250 H) menjawabnya dengan 4 kemungkinan (dengan ungkapan versi saya):

[1] Karena pada zaman turunnya ayat itu, pezina wanita lebih banyak daripada lelaki; bahkan mereka (para pezina dari kaum wanita) memberikan bendera di pintu-pintu rumah mereka yang menandakan mereka 'ready'. Kiaskan dengan gaya mereka di zaman sekarang.

[2] Karena perempuan dalam kasus zina, adalah ASAL dari perbuatan. Maksudnya: penyebabnya pada dasarnya ya mereka.

[3] Karena syahwat dalam perempuan umumnya lebih banyak.

[4] Karena yang 'telanjang' dari perempuan jauh lebih banyak dari laki-laki.

Lihat Fath al-Qadiir, (4/6). Dan keempatnya bisa dikatakan berlaku sampai sekarang.

Apa korelasinya dengan "Saya Tidak Tersenyum pada Sembarang Orang?"

Menuding Penuding; Lebih Baik Sederhana Daripada Dibuat Pusing

oleh Hasan al-Jaizy

Yang perlu kita perhatikan bahwa Allah memiliki sifat-sifat yang laik dengan-nya. Benar bahwasanya jika dilihat lahiriyah secara nama adalah sama, seperti Mendengar, Melihat, dan seterusnya. Namun, esensi atau hakekatnya berbeda. Nama-nama dan sifat-sifat Allah itu maklum (diketahui), bukan majhul al-ma'na (tidak diketahui maksud/maknanya apa). Jika nama-nama dan sifat-sifat Allah tidak diketahui maknanya apa, lalu liburlah beratus bahkan hingga beribu potongan ayat al-Qur'an dari maksud. Dan apa faedahnya kita mengetahui adanya nama dan sifat Allah jika maknanya tidak diketahui manusia?

Al-Khaliq (pencipta) dan makhluk (yang dicipta) berbeda. Kita bedakan sifat-sifat yang dimiliki al-Khaliq dan makhluk.

Jika Anda mengatakan, 'Kalau kita katakan Allah itu 'bersifat' mendengar, maka mirip dengan manusia. Karena manusia juga mendengar.'

Jawabannya sudah terwujud di ayat-ayat al-Qur'an; juga di muqaddimah status ini telah tertuang, meski tak sempurna.

Perkataan Anda rancu, dari kesimpulan dan dari tarekat menuju kesimpulan. Justru Anda lah yang menyerupakan sifat mendengar milik Allah dengan sifat mendengar milik manusia, kemudian membatalkan penyerupaan yang Anda buat sendiri. Kedua amalan tersebut [penyerupaan dan pembatalan] adalah batil.

Kemudian, jikalau Anda mengatakan begitu, maka jika seseorang dinamakan Sami', (si pendengar), misalnya, lantas, apa kemudian Anda kayakan ia menyerupakan Rabb-nya? Sedangkan lafal Sami' bukanlah lafal khusus bagi Allah, seperti Allah, dan ar-Rahmaan.

Jadi, ketika kita menetapkan nama Allah, dan sifat-Nya yang telah ditetapkan dalam al-Qur'an dan as-Sunnah, itu bukan berarti kita menyerupai-Nya dengan makhluknya. Kami mengimani sesuai dengan apa yang Allah amarkan kami untuk mengimani, bukan sesuai dengan apa yang Anda gambarkan lalu amarkan kami untuk mengingkari.

[Sebuah Cerita]

Sifat-sifat yang dimiliki tiap makhluk pun kerap tidak bisa disamakan, dari segi kualitas, maupun kuantitas. Allah Ta'ala ciptakan sifat-sifat makhluk berbeda-beda. Penciptaan manusia berbeda dengan penciptaan kera.

Tuesday, January 14, 2014

ADAB MUFRAD: Hadits 2: Berbakti Kepada Orang Tua

oleh Hasan al-Jaizy


[SANAD & MATAN]

Adam ceritakan kepada kami, ia berkata: Syu’bah ceritakan kepada kami, ia berkata: Ya’la bin Atha’ ceritakan kepada kami, dari ayahnya: Dari Abdullah bin Umar, ia berkata:

رِضَا الرَّبِّ فِي رِضَا الْوَالِدِ، وَسَخَطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَالِدِ

“Ridha Rabb tergantung ridha orang tua dan murka Rabb tergantung murka orang tua.”

[DIRASAT RIJAL]

Sanad hadits ini: ABDULLAH BIN UMAR <-- Atha’ [1] <-- Ya’la bin Atha’ [2] <-- Syu’bah [3] <-- Adam [4] <-- al-Bukhary.

TANBIH: Hadits dengan sanad ini: MAWQUF dengan sanad yang shahih.

[0] Abdullah bin Umar : Sahabat Nabi yang mulia, bermukin di Makkah dan Madinah, wafat di Makkah pada tahun 73 H.

[1] Atha’: Atha’ al-Amiry ath-Tha’ify, seorang tabi’in, perawi tingkatan ke-3. Meriwayatkan dari Ibnu Umar dan Ibnu Abbas, sedangkan yang meriwayatkan darinya hanyalah Ya’la, anaknya. Ibnu Hibban menyebutkan dalam “ats-Tsiqaat” (5/22) bahwa Syu’bah berkata dari Ya’la bin Atha’ tentang ayahnya (Atha’): “Ayahku dilahirkan 3 tahun sebelum selesainya khilafah Umar.” Atha’ adalah perawi yang dipakai al-Bukhary untuk “al-Adab al-Mufrad”, an-Nasa’iy, Abu Daud dan at-Tirmidzy. [Tahdziib al-Kamaal, 20/133]

Apakah 'Ridha Rabb Ridha Ortu' adalah Hadits Nabi?

oleh Hasan al-Jaizy


[SANAD & MATAN]

Adam ceritakan kepada kami, ia berkata: Syu’bah ceritakan kepada kami, ia berkata: Ya’la bin Atha’ ceritakan kepada kami, dari ayahnya: Dari Abdullah bin Umar, ia berkata:

رِضَا الرَّبِّ فِي رِضَا الْوَالِدِ، وَسَخَطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَالِدِ

“Ridha Rabb tergantung ridha orang tua dan murka Rabb tergantung murka orang tua.”

[DIRASAT RIJAL]

Sanad hadits ini: ABDULLAH BIN UMAR <-- Atha’ [1] <-- Ya’la bin Atha’ [2] <-- Syu’bah [3] <-- Adam [4] <-- al-Bukhary.

TANBIH: Hadits dengan sanad ini: MAWQUF dengan sanad yang shahih.

[0] Abdullah bin Umar : Sahabat Nabi yang mulia, bermukin di Makkah dan Madinah, wafat di Makkah pada tahun 73 H.

[1] Atha’: Atha’ al-Amiry ath-Tha’ify, seorang tabi’in, perawi tingkatan ke-3. Meriwayatkan dari Ibnu Umar dan Ibnu Abbas, sedangkan yang meriwayatkan darinya hanyalah Ya’la, anaknya. Ibnu Hibban menyebutkan dalam “ats-Tsiqaat” (5/22) bahwa Syu’bah berkata dari Ya’la bin Atha’ tentang ayahnya (Atha’): “Ayahku dilahirkan 3 tahun sebelum selesainya khilafah Umar.” Atha’ adalah perawi yang dipakai al-Bukhary untuk “al-Adab al-Mufrad”, an-Nasa’iy, Abu Daud dan at-Tirmidzy. [Tahdziib al-Kamaal, 20/133]

Ibn al-Qaththan berkata: ‘(Atha) tidak diketahui keadaannya (majhuul al-haal). Tidak ada yang meriwayatkan darinya selain anaknya, Ya’la.’ Dan adz-Dzahaby pun mengamininya dalam Miizaan al-I’tidaal. [Tahdziib at-Tahdziib, 7/220]

Monday, January 13, 2014

ADAB MUFRAD : Hadits 1: Berbakti pada Orang Tua


Abu Nashr Ahmad bin Muhammad bin al-Hasan bin Hamid bin Harun bin Abd al-Jabbar al-Bukhary; yang lebih popular dengan nama Ibnu Niyazaky mengabarkan kepada kami, ia berkata: -naskah ini dibacakan kepadanya dan beliau membenarkannya- Telah datang serombongan orang kepada kami pada bulan Shafar tahun 370 H, mereka berkata: Abu al-Khayr Ahmad bin Muhammad bin al-Jalil bin Khalid bin Hurayts mengabarkan kepada kami, ia berkata: Abu al-Walid menceritakan kepada kami, ia berkata: Syu’bah menceritakan kepada kami, ia berkata: al-Walid bin al-Ayzary mengabarkan kepadaku, ia berkata:

: سَمِعْتُ أَبَا عَمْرٍو الشَّيْبَانِيَّ يَقُولُ: حَدَّثَنَا صَاحِبُ هَذِهِ الدَّارِ، وَأَوْمَأَ بِيَدِهِ إِلَى دَارِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ؟ قَالَ: «الصَّلَاةُ عَلَى وَقْتِهَا» ، قُلْتُ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: «ثُمَّ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ» ، قُلْتُ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: «ثُمَّ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ» قَالَ: حَدَّثَنِي بِهِنَّ، وَلَوِ اسْتَزَدْتُهُ لَزَادَنِي

‘Aku mendengar Abu Amr asy-Syaybany berkata: ‘Pemilik rumah ini –sambil menunjuk rumah Abdullah bin Mas’ud- menceritakan kepada kami, ia berkata: ‘Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu alayhi wa sallam:  Amal apa yang paling dicintai Allah Azza wa Jalla?’ Beliau berkata: “Shalat pada waktunya.” Aku berkata: “Kemudian apa?” Beliau berkata, “Kemudian berbakti pada kedua orang tua.” Aku berkata: “Kemudian apa?” Beliau berkata, “Kemudian Jihad di jalan Allah.” Ibnu Mas’ud berkata, “Beliau bersabda demikian. Kalau sekiranya aku minta ditambah, niscaya beliau akan menambahkannya.’”

[TAKHRIJ HADITS]

Diriwayatkan oleh:

- Al-Bukhary dalam “ash-Shahiih”, no. 527, 2782, 5970 dan 7534.
- Muslim dalam “ash-Shahiih”, no. 85
- at-Tirmidzy dalam “as-Sunan”, no. 173 dan 1898
- An-Nasa’iy dalam “As-Sunan al-Kubra”, no. 1593, dan dalam “as-Sunan”, no. 610 dan 611.
- Ibnu Hibban dalam “ash-Shahiih”, no. 1475, 1476, 1477, 1478 dan 1479.
- ATh-Thabrany dalam “ash-Shaghiir”, no. 455, dalam “al-Awsath”, no. 2626, 3583, 5394 dan 7233, dan dalam “al-Kabiir”, no. 9802, 9804, 9805, 9806, 9807, 9808, 9809, 9810, 9811, 9812, 9813, 9815, 9816, 9817, 9818, 9819, 9820 dan 9821.
- Al-Hakim dalam “al-Mustadrak”, no. 674, 675 dan 676.
- dan lainnya.

[PENJELASAN KATA]

Sunday, January 12, 2014

Apakah Jin Juga Makan dan Minum?


Banyak sekali hadits shahih yang menerangkan bahwa jin makan dan minum. Dalam Shahih al-Bukhary ada sebuah hadits yang diriwayatkan bahwa Abu Hurayrah pernah membawakan kantong air untuk berwudhu dan memenuhi keperluan Rasulullah. Kemudian beliau bertanya, “Siapa?” Abu Hurayrah menjawab, “Abu Hurayrah.” Beliau berkata, “Tolong carikan aku batu untuk bersuci, dan jangan kamu mengambil tulang dan kotoran hewan.” Lalu saya membawakan beberapa batu yang saya bawa di atas pakaian saya, kemudian saya meletakkannya di samping Rasulullah, setelah itu saya beranjak pergi.

Setelah beliau selesai dari keperluannya, saya berjalan bersama beliau. Lalu saya bertanya, “Ada apa dengan tulang dan kotoran hewan?” Beliau berkata,

هُمَا مِنْ طَعَامِ الجِنِّ، وَإِنَّهُ أَتَانِي وَفْدُ جِنِّ نَصِيبِينَ، وَنِعْمَ الجِنُّ، فَسَأَلُونِي الزَّادَ، فَدَعَوْتُ اللَّهَ لَهُمْ أَنْ لاَ يَمُرُّوا بِعَظْمٍ، وَلاَ بِرَوْثَةٍ إِلَّا وَجَدُوا عَلَيْهَا طَعَامًا

“Keduanya adalah makanan jin. Aku pernah didatangi oleh utusan jin Nashibayn, jenis jin yang paling baik. Mereka bertanya padaku tentang makanan mereka. Maka, aku berdoa kepada Allah supaya Dia memberikan rasa pada setiap tukang dan kotoran hewan yang dijumpai oleh bangsa jin.[1]

Imam Muslim meriwayatkan sebuah hadits dalam Shahihnya, “Dari Abdullah bin Umar, ia berkata, ‘Rasulullah bersabda:

إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَأْكُلْ بِيَمِينِهِ، وَإِذَا شَرِبَ فَلْيَشْرَبْ بِيَمِينِهِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَأْكُلُ بِشِمَالِهِ، وَيَشْرَبُ بِشِمَالِهِ

“Jika salah seorang di antara kalian makan, hendaklah ia makan dengan tangan kanannya, dan apabila ia minum hendaknya dia minum dengan tangan kanannya. Karena setan makan dan minum dengan tangan kirinya.”[2]

Dalam kitab Shahihnya, Imam Muslim meriwayatkan sebuah hadits dari Hudzaydah bin Yaman, dia berkata, “Setiap kali kami menghadapi makanan bersama Rasulullah, kami tidak berani mendahului beliau untuk mengambil makanan sampai beliau memulai dan mengambil dengan tangannya. Pada suatu kali, kami menghadiri jamuan makanan bersama Rasulullah. Kemudian, datanglah seorang budak perempuan kecil yang kelihatan sangat berselera ketika melihat hidangan tersebut, maka dia pun bergegas mengulurkan tangannya untuk mengambil makanan. Tetapi, Rasulullah segera memegang tangannya.

Wednesday, January 1, 2014

Hadits Bangunan Islam


Al-Bukhary berkata: Telah ceritakan pada kami Ubaidullah bin Musa, ia berkata: Telah wartakan pada kami Hanzhalah bin Abu Sufyan, dari Ikrimah bin Khalid, dari Abdullah bin Umar –radhiyallahu anhuma- berkata: Rasulullah –shallallahu alayhi wa sallam- bersabda:

بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، وَإِقَامِ الصَّلَاةِ، وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ، وَحَجِّ الْبَيْتِ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ

Islam terbangun atas 5 perkara: Syahadat bahwa tiada ilah (yang berhak disembah) kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasul Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berhaji ke Baitullah, dan berpuasa Ramadhan.”


[SANAD HADITS]

Sanad hadits di atas adalah:
RASULULLAH
<== Abdullah bin Umar (1)
<== Ikrimah bin Khalid (2)
<== Hanzhalah bin Abu Sufyan (3)
<== Ubaidullah bin Musa (4)
<== Al-Bukhary

[TAKHRIJ HADITS]