oleh Hasan al-Jaizy
https://www.facebook.com/hasaneljaizy/posts/650406595000729?stream_ref=10
[SANAD & MATAN]
Adam ceritakan kepada kami, ia berkata:
Syu’bah ceritakan kepada kami, ia berkata: Ya’la bin Atha’ ceritakan kepada
kami, dari ayahnya: Dari Abdullah bin Umar, ia berkata:
رِضَا الرَّبِّ فِي رِضَا
الْوَالِدِ، وَسَخَطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَالِدِ
“Ridha Rabb
tergantung ridha orang tua dan murka Rabb tergantung murka orang tua.”
[DIRASAT RIJAL]
Sanad hadits
ini: ABDULLAH BIN UMAR <-- Atha’ [1] <-- Ya’la bin Atha’ [2] <-- Syu’bah
[3] <-- Adam [4] <-- al-Bukhary.
TANBIH: Hadits dengan sanad ini: MAWQUF dengan sanad yang
shahih.
[0] Abdullah
bin Umar : Sahabat Nabi yang mulia, bermukin di Makkah dan Madinah, wafat
di Makkah pada tahun 73 H.
[1] Atha’:
Atha’ al-Amiry ath-Tha’ify, seorang tabi’in, perawi tingkatan ke-3.
Meriwayatkan dari Ibnu Umar dan Ibnu Abbas, sedangkan yang meriwayatkan darinya
hanyalah Ya’la, anaknya. Ibnu Hibban menyebutkan dalam “ats-Tsiqaat”
(5/22) bahwa Syu’bah berkata dari Ya’la bin Atha’ tentang ayahnya (Atha’): “Ayahku
dilahirkan 3 tahun sebelum selesainya khilafah Umar.” Atha’ adalah perawi yang
dipakai al-Bukhary untuk “al-Adab al-Mufrad”, an-Nasa’iy, Abu Daud dan
at-Tirmidzy. [Tahdziib al-Kamaal, 20/133]
Ibn al-Qaththan
berkata: ‘(Atha) tidak diketahui keadaannya (majhuul al-haal). Tidak ada
yang meriwayatkan darinya selain anaknya, Ya’la.’ Dan adz-Dzahaby pun
mengamininya dalam Miizaan al-I’tidaal. [Tahdziib at-Tahdziib, 7/220]
Sementara, Ibnu
Hajar menghakimi beliau sebagai maqbuul (diterima haditsnya). [Taqriib at-Tahdziib,
hal. 392]
[2] Yahya
bin Atha’: Yahya bin Atha’ al-Amiry, bermukim di Tha’if dan Wasith, perawi
tingkatan ke-4, wafat pada tahun 120 H.
Abu Bakr al-Atsram
berkata: ‘Ahmad bin Hanbal telah memujinya baik-baik.” [al-Jarh wa at-Ta’diil,
no. 1302]
Yahya bin Ma’iin
dan Muhammad bin Sa’d mengatakan dia adalah seorang tsiqah. [Tahdziib
al-Kamaal, 32/394-395]
[3] Syu’bah:
Syu’bah bin al-Hajjaj, perawi tsiqah tingkatan ke-7, bermukim di Bashrah
dan Wasith, wafat di Bashrah pada tahun 160 H. Asy-Syafi’i pernah berkata
tentangnya:
لولا شعبة ما عرف الحديث
بالعراق
“Andai Syu’bah
tidak ada, maka hadits tidak diketahui di Iraq.” [Tahdziib al-Kamaal, 12/491]
[4] Adam:
Abdurrahman bin Muhammad bin Syu’ayb, disebut juga Ibnu Aby Iyas, perawi tsiqah
tingkatan ke-9, bermukim di Kufah, Baghdad Mesir, Syam, Asqalan dan Bashrah,
wafat di Asqalan pada tahun 220 H. Ahmad berkata tentangnya:
كان من الستة أو السبعة
الذين يضبطون الحديث عند شعبة
“Ia termasuk
dari 6 atau 7 orang yang benar-benar menghafal hadits dari Syu’bah.”
Ibn Ma’in, Abu
Hatim dan al-Ajaly mengatakan bahwa dia adalah seorang tsiqah. [Tahdziib
at-Tahdziib, 1/196]
[TAKHRIJ]
Selain oleh
al-Bukhary dalam ‘al-Adab al-Mufrad’, hadits ini dikeluarkan pula oleh:
[1] At-Tirmidzy
(w. 279 H), dalam ”as-Sunan”, no. 1899.
[2] Al-Bazzar
(w. 292 H), dalam “al-Bahr az-Zakhkhaar”, no. 2394.
[3] Ibnu
Hibban (w. 354 H), dalam “ash-Shahiih”, no. 429.
[4] Ibnu Syahin
(w. 385 H), dalam “at-Targhiib fi
Fadhaa’il al-A’maal”, no. 299.
TANBIH: Ada dua
perbedaan dalam riwayat al-Bukhary dalam al-Adab al-Mufrad dengan
riwayat keempat imam di atas.
Perbedaan
Pertama:
Keempat imam di
atas meriwayatkan dengan jalur Khalid bin al-Harits, dari Syu’bah, berlanjut
secara MARFU’ kepada Rasulullah. Berbeda dengan riwayat al-Bukhary di atas,
dari jalur Adam, dari Syu’bah, dan berlanjut secara MAWQUF pada Ibnu Umar.
Perbedaan
Kedua:
Keempat imam di
atas meriwayatkan dengan perawi tertinggi adalah seorang sahabat bernama
Abdullah bin AMR [عبدالله بن عمرو].
Sedangkan al-Bukhary dalam al-Adab al-Mufrad mewaqfkan riwayat pada
Abdullah bin UMAR [عبد الله بن عُمَر].
[5] Al-Hakim
(w. 405 H), dalam “al-Mustadrak”, no. 7249, secara MARFU’ dengan jalur
sanad berikut:
Abdullah -->
Ahmad bin Hanbal --> Abdurrahman --> Syu’bah --> Ya’la bin Atha’
--> Abdullah bin Abdullah bin Amr, secara marfu’ kepada Rasulullah.
Al-Hakim
mengatakan: Ini adalah hadits shahih sesuai syarat Muslim, dan belum
dikeluarkan oleh al-Bukhary dan Muslim.
Abdullah adalah anaknya Imam Ahmad. Sedangkan Abdurrahman
adalah Abdurrahman bin Mahdy. Kesemua rijal dalam sanad ini tsiqah.
Meskipun diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dengan
sanad yang shahih, namun hadits ini sama sekali tidak ditemukan dalam “al-Musnad”,
sebagaimana dikatakan oleh Muhammad Nashiruddin al-Albany dalam ‘ash-Shahiihah’
, (2/43).
[6] Al-Bayhaqy
(w. 458 H), dalam “Syu’ab al-Iymaan”, no. 7445, 7446, dan 7447,
kesemuanya dari jalur Ya’la bin Atha’, secara marfu’ kepada Rasulullah.
TANBIH: Dalam “al-Ilal
al-Kabiir” oleh at-Tirmidzy, disebutkan hadits ini secara marfu’ dengan
sanad berikut:
حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ
عَلِيٍّ , حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ الْحَارِثِ , حَدَّثَنَا شُعْبَةُ , عَنْ يَعْلَى
بْنِ عَطَاءٍ , عَنْ أَبِيهِ , عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو , عَنِ النَّبِيِّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
Telah ceritakan pada kami Amr bin Ali
[6], telah ceritakan pada kami Khalid bin al-Harits [5], telah ceritakan
pada kami Syu’bah [4], dari Ya’la bin Atha’ [3], dari ayahnya
[2], dari Abdullah bin Amr [1], dari Nabi shallallahu alayhi wa
sallam, berkata: [hadits]
Lalu, at-Tirmidzy berkata:
أَصْحَابُ شُعْبَةَ لَا يَرْفَعُونَ هَذَا الْحَدِيثَ , وَرَفَعَهُ خَالِدُ
بْنُ الْحَارِثِ
“Para perawi dari Syu’bah tidak merafa’kan hadits
ini (yakni: tidak menyambungkannya kepada Nabi), dan yang merafa’kannya adalah
Khalid bin al-Harits.” [al-Ilal al-Kabiir, 1/312]
[Hukum Hadits]
Hadits ini hasan jika ia mawquuf,
dan shahiih jika ia marfuu’.
Wallahu a’lam.
No comments:
Post a Comment